Arsip Digital

23 Oktober, 2024

Pertempuran Medan Area

13 Oktober 1945

Foto Perang

Latar Belakang dari Pertempuran Medan Area (13 Oktober 1945)

Pertempuran Medan Area adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia yang terjadi di kota Medan dan sekitarnya pada akhir tahun 1945 hingga 1946. Konflik ini adalah bagian dari rangkaian perlawanan terhadap kembalinya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. 

 

Penyebab Terjadinya Pertempuran Medan Area

Kembalinya Tentara Sekutu dan NICA (Belanda)

Setelah Jepang menyerah pada Sekutu pada Agustus 1945, pasukan Sekutu, yang dipimpin oleh Inggris, dikirim ke Indonesia dengan tugas melucuti senjata pasukan Jepang dan menjaga ketertiban. Namun, pasukan Sekutu juga membawa serta anggota NICA (Netherlands Indies Civil Administration), yang merupakan administrasi sipil Belanda yang berusaha mengembalikan kekuasaan kolonial di Indonesia.
Kehadiran NICA memicu kemarahan rakyat Indonesia yang baru saja memproklamasikan kemerdekaan. Kehadiran mereka dianggap sebagai upaya untuk menjajah kembali Indonesia setelah Jepang menyerah.

 

Penolakan Rakyat Sumatera terhadap Kembalinya Kolonialisme

Di Sumatera, terutama di kota Medan, semangat kemerdekaan sangat kuat. Para pemuda dan pejuang yang tergabung dalam berbagai organisasi, seperti Laskar Pemuda Indonesia dan Pemuda Republik Indonesia (PRI), bertekad mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Ketika pasukan Sekutu dan NICA mulai berusaha menguasai wilayah-wilayah strategis, terjadi berbagai insiden antara mereka dan para pemuda Medan. Penolakan keras terhadap kembalinya kolonialisme menjadi alasan utama terjadinya konflik.

 

Insiden Hotel "Oranje" (Hotel Aston)

Salah satu insiden awal yang memicu pertempuran adalah insiden di Hotel Oranje (kemudian dikenal sebagai Hotel Aston) pada 13 Oktober 1945. Insiden ini terjadi ketika seorang pemuda Indonesia yang bertugas sebagai penjaga di hotel tersebut melepas lencana bendera Belanda dari pakaian seorang perwira Inggris. Hal ini memicu konfrontasi dan ketegangan antara pemuda Indonesia dan pihak Sekutu.
Insiden ini memicu bentrokan antara para pemuda dan tentara Sekutu, yang kemudian berkembang menjadi konflik yang lebih besar.

 

Deklarasi “Medan Area”

Setelah insiden di Hotel Oranje, ketegangan semakin memanas. Pada bulan Oktober 1945, Sekutu mengeluarkan Deklarasi Medan Area, yang merupakan pengumuman bahwa seluruh wilayah kota Medan berada di bawah kontrol mereka. Deklarasi ini dianggap sebagai tindakan provokatif oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia.
Para pejuang dan rakyat Medan merespons deklarasi tersebut dengan melawan upaya Sekutu dan NICA untuk menguasai wilayah mereka. Pertempuran sporadis mulai terjadi di seluruh kota, terutama di daerah strategis yang ingin dikuasai oleh Sekutu.

 

Jalannya Pertempuran Medan Area

Pertempuran Medan Area berlangsung dari akhir tahun 1945 hingga 1946. Berikut beberapa peristiwa penting yang terjadi selama konflik:
Pertempuran di Medan Kota (Oktober 1945 - Maret 1946)
Pertempuran dimulai dengan berbagai serangan yang dilakukan oleh para pemuda Indonesia terhadap pos-pos Sekutu dan NICA di Medan. Para pejuang menggunakan taktik gerilya dan serangan sporadis di seluruh kota.
Para pemuda Indonesia bersenjatakan senjata sederhana, sementara pasukan Sekutu dan NICA memiliki senjata yang lebih modern dan terorganisir. Meskipun begitu, semangat juang rakyat Medan berhasil membuat pasukan Sekutu kewalahan dalam beberapa kesempatan.

 

Pembentukan "Medan Area" sebagai Zona Konflik (November 1945)

Pada November 1945, pasukan Sekutu dan NICA membatasi wilayah-wilayah tertentu di Medan yang mereka anggap sebagai "Medan Area." Mereka mendirikan pos-pos militer untuk mempertahankan wilayah ini, sementara para pemuda Indonesia tetap melanjutkan perlawanan.
Medan menjadi pusat pertarungan yang sengit antara pasukan Belanda yang berusaha menguasai kembali dan para pejuang Indonesia yang mempertahankan 

kemerdekaan.

 

Eksodus Rakyat Medan ke Luar Kota

Pada awal 1946, akibat meningkatnya kekerasan dan tekanan dari pasukan Sekutu dan NICA, banyak rakyat Medan yang mengungsi ke luar kota untuk menghindari pertempuran. Para pejuang memindahkan pusat perlawanan mereka ke daerah pinggiran dan pedesaan, di mana mereka melanjutkan perang gerilya.

 

Kesimpulan dari Pertempuran Medan Area

Perjuangan Medan Area merupakan simbol perlawanan rakyat Indonesia di Sumatera Utara terhadap upaya penjajahan kembali oleh Belanda. Konflik ini menunjukkan bahwa semangat kemerdekaan sudah meresap ke seluruh pelosok Indonesia, bukan hanya di Jawa.
Pertempuran Medan Area menguatkan solidaritas antar pemuda dan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan, yang kemudian menjadi dasar bagi pembentukan tentara nasional. Banyak pejuang Medan Area yang kemudian bergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal TNI.
Belanda berhasil menguasai kota Medan pada tahun 1946, tetapi perlawanan rakyat tidak berhenti, dan terus berlanjut hingga akhirnya Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949. Pertempuran ini juga menunjukkan pentingnya strategi gerilya dan keteguhan dalam mempertahankan kemerdekaan.
Medan Area menjadi saksi dari semangat perlawanan yang heroik, yang menginspirasi perjuangan di daerah-daerah lain di Indonesia. Hingga saat ini, peristiwa ini dikenang sebagai bagian penting dari sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Bukti Sejarah

Foto Pahlawan

Abdul Karim M. S. Djamin Ginting

Foto Pahlawan

Achmad Tahir

Foto Pahlawan

Teuku Mohammad Hassan

Foto Pahlawan

Dr. Ferdinand Lumbantobing